Selasa, 30 April 2013

TETAP DAMAI DALAM BAGAIMANAPUN JODOH KITA



Apakah ada di belahan bumi ini, seorang manusia yang dapat mengenal manusia lain 100% ? jawabannya pastilah tidak ada. Mungkin karena itulah ada pengkiasan yang mengatakan "dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa tahu". Maka seperti itu jugalah gambaran jodoh kita saat ini. Seseorang yang asing, dari lokasi antah berantah yang dipertemukan dengan kita, menjadi teman satu rumah kita, serta selalu bersama menghabiskan waktu. Tak jarang hal itu menyisakan berbagai kesan di hati.

Kesan itu bernama kebahagiaan, kesyukuran, bahkan tak jarang sebuah penyesalan. Jodoh memang seharusnya bisa berarti kado terindah. tapi bagaimana kita menyikapinya jika ternyata jodoh kita tersebut menjadi musibah termanis yang akan menjadi bagian seumur hidup dari hidup kita?

Hal yang pertama yang harus dilakukan adalah menerima. Memang tidak mudah, apalagi jika ternyata jodoh itu menjadi bagian dari takdir untuk menguji kita. Namun jika kita memutuskan untuk menerima terlebih dahulu, apapun dan bagaimanapun itu, paling tidak langkah selanjutnya InsyaAllah akan mudah untuk dilakukan.

Di dunia ini tidak banyak manusia yang berhati luas untuk sekedar menerima untuk mengatasi masalahnya sendiri. Maka jadilah luar biasa dengan menjadi salah satu manusia ajaib itu, yang cukup handal untuk meluaskan hati dan membuka pikiran untuk berpikir jernih. Toh, jika masalah itu selesai atau menjadi mudah untuk diatasi, bukankah itu juga akan memperingan diri kita sendiri?.

Setelah belajar menerima, milikilah pola pikir, bahwa tidak ada sesuatu yang bisa berubah hanya dalam hitungan detik, menit atau hari. Apalagi menyangkut tentang watak, dan kebiasaan seseorang. Maka hal mutlak yang harus kita lakukan berikutnya adalah bersabar dalam mengubah atau memperbaiki kekurangan pasangan kita. Seperti halnya kita yang asing dan memiliki sifat dan latar belakang yang asing pula, seperti itu jugalah pasangan kita menilai diri kita. Jika kesabaran untuk menerima itu hilang, akan susah bagi kita untuk memperbaiki keadaan yang ada.

Selanjutnya, lakukanlah action nyata untuk sebuah perbaikan. Komunikasi yang cerdas dan pemahaman yang mendalam tentang bagaimanapun kondisi pasangan kita, bisa jadi salah satu sikap yang harus kita lakukan. Kebanyakan konflik rumah tangga berasal dari tidak sehatnya komunikasi antara kedua belah pihak. Banyak suami istri yang menganggap bahwa pasangan mereka bisa membaca pikirannya dan sudah seharusnya tahu tentang bagaimana keinginan yang lain. Namun disinilah justru letak kesalahannya. Bukankah kita semua adalah manusia biasa yang tidak bisa membaca pikiran orang lain dan masih sama-sama belajar untuk mengerti tentang bagaimana selera pasangan kita?.

Selain itu, belajar untuk peka terhadap apapun keadaan pasangan kita, juga harus kita lakukan. Paling tidak hal ini akan membuka jalan bagi kita untuk lebih mudah mengenalnya. Ada pelajaran manis yang bisa kita petik dari rumah tangga Rasulullah Salallahu a'alaihi wassalam dengan istri beliau khadijah. Saat itu Nabi baru menerima wahyu pertama di Gua Hira’. Nabi shallallahu alaihi wasallam pulang ke rumah dan sang istri Khadijah melihat beliau dalam keadaan gemetar fisik dan hatinya. Beliau masuk dan berkata: "selimuti aku, selimuti aku..."

Beliaupun juga berkata: "Khadijah, aku khawatir diriku akan tertimpa musibah, aku khawatir diriku akan tertimpa musibah."

Khadijah menjawab, "Bergembiralah, demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya. Engkau benar-benar jujur dalam ucapan, menjaga silaturahim, menanggung beban, memuliakan tamu dan membantu orang yang kesulitan."

Subhanallah, itulah pelajaran berharga dari manisnya sebuah sikap memahami yang menyamankan. Khadijah tanpa protes dahulu saat melihat suaminya yang panik, dan malah sebaliknya, langsung memahami sang suami yang tengah khawatir dan panik tersebut dengan memberikan halusnya kata sebagai timbal balik, dan sikap membangun kepekaan.

Dia menyelimuti Rasulullah, dan menenangkan Beliau dengan berkata "Bergembiralah, demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya". Sikap memahami yang dilakukan oleh Khadijah seperti ini mampu meredam susana hati Rasululah.

Selain itu, pilihan kata yang diucapkannya mampu menghilangkan kepanikan suaminya. Khadijah tahu bahwa kalimat yang intinya menyandarkan kenyamanan hanya kepada Allah adalah puncak kenyamanan dan kepasrahan bagi Rasulullah SAW. Cara berkomunikasi ibunda kita khadijah tersebut mengalir jujur dan bukan basa-basi, sehingga menyejukkan hati yang sedang panas, menenangkan jiwa yang sedang gemetar, serta memantapkan keyakinan akan pertolongan Allah.

Inilah Komunikasi dan pemahaman terbaik yang sangat dahsyat antara suami istri yang tanpa pelatihan berbelit, dan atau dengan konsep yang rumit. Semua berasal dari sebuah ketulusan. Ketulusan menerima pasangan kita apa adanya, sepaket dengan bagaimanapun keadaan atau kondisinya yang lalu, serta yang akan datang. Termasuk juga ketulusan untuk merangkul kembali mereka bangkit demi menjadi yang lebih baik.

Jika hati belum bisa kita didik dan masih sering protes serta mudah tersulut dengan apapun kekurangan pasangan kita, maka belajarlah untuk bersyukur lebih dalam, dan dalam lagi. Sudah selayaknya kita bercermin dengan melihat begitu banyak saudara kita yang belum dapat menikmati indahnya perkawinan. Masih banyak dari mereka yang masih harus melakoni ujian dalam hal belum datangnya jodoh. Sedangkan kita disini sudah dianugrahkan pasangan hidup kita dan tinggal menjaga serta merawatnya. Lantas mengapa kita masih bersikap yang tidak mencerminkan kesyukuran dan terimakasih kepada Allah?

Sebuah pernikahan banyak mengandung pelajaran. Namun hal ini hanya berlaku bagi pribadi yang mau belajar. Memang tidak mudah, dan tidak sesederhana yang kita pikirkan. Lalu mengapa kita harus menambah lagi dengan melibatkan hal yang bernama konflik yang semakin membuat repotnya suasana? Bukankah menyatukan dua kepala untuk sama-sama selalu dalam satu misi dan visi hidup saja sudah menyita banyak waktu?. Apalagi dia adalah jodoh kita, dimana kita akan menua bersama, menghabiskan sisa umur kita, dan berbagi aib serta menyimpan rahasia hanya untuk berdua. Lantas bagaimana mungkin kita bisa saling menguliti kekurangan masing-masing dan bukan malah bekerjasama memperbaikinya?

Dan yang terakhir...menikah, sejatinya adalah sebuah anugrah bagi kita. Maka jika konflik atau ganjalan tentang jodoh kita itu datang, make it simple saja... Ingatlah tentang awal niat kita menikah yang hanya untuk beribadah kepada Allah. ingatkan juga pasangan kita bahwa pernikahan adalah ladang amal bagi kita untuk meraih surga. Ketika pikiran sehat itu kompak dibentuk oleh kita dan pasangan, maka InsyaAllah akan selalu ada kebersamaan dan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga kita.

Semoga bermanfaat
Silahkan saudara-saudariku yang baik, yang mau share atau co-pas, dengan senang hati. Semoga bermanfaat. Semoga pula Allah Ta'ala berikan pahala kepada yang membaca, yang menulis, yang menyebarkan, yang mengajarkan dan yang mengamalkan… Aamiin, Aamiin, Aamiin ya Alloh ya Rabbal’alamin …

Salam Santun Ukhuwah Karena-NYA

Semoga bermanfaat,silakan share semoga bermanfaat 
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.

Minggu, 28 April 2013

FENOMENA DAN BAHAYA HASAD



Hasad merupakan akhlaq yang tercela, akhlaq syaithoniyyah, dan sedikit sekali orang yang selamat darinya. Maka perhatikanlah bahaya-bahayanya agar kita bisa menjauhinya.

1. Hasad termasuk akhlaq orang Yahudi.
Allah berfirman:
"Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran…."(QS. al-Baqoroh [2]: 109)

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu) ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya. (QS. an-Nisa’ [4]: 54–55)

2. Hasad termasuk dosa besar.

3. Dalam hasad terdapat indikasi ketidakrelaan terhadap taqdir Allah.
Sebab orang yang hasad tidak rela terhadap nikmat Allah yang ada pada seorang hamba, seolah-olah ia tidak setuju kepada ketentuan Allah. Ia tidak rela nikmat itu ada pada orang lain padahal Allah telah mencintainya.

4. Hasad adalah sumber kemaksiatan dan keburukan.
Al-Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Sumber keburukan ada tiga.
Pertama: kesombongan yang menyebabkan Iblis tetap dalam penolakannya.
Kedua: kerakusan yang menyebabkan Adam dikeluarkan dari surga.
Ketiga: hasad yang menyebabkan salah seorang keturunan Nabi Adam membunuh saudaranya.
Maka barang siapa yang menjaga diri (menghindari) tiga perkara ini, ia akan terjaga dari keburukan; kekufuran dengan sebab kesombongan, kemaksiatan dengan sebab kerakusan, serta kezholiman dengan sebab hasad.” (al-Fawa-id: 57)

5. Hasad akan menghalangi seseorang untuk menerima nasihat.
Al-Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Rukun kekafiran ada empat: kesombongan, hasad, marah, dan syahwat. Sombong akan menghalangi ketundukan, hasad akan menghalangi untuk menerima nasihat, marah akan menghalangi keadilan, dan syahwat akan menghalangi seseorang untuk beribadah. Apabila seseorang bisa menghilangkan kesombongan maka akan mudah baginya untuk tunduk, apabila ia bisa menghilangkan hasad maka akan mudah baginya untuk menerima nasihat, apabila ia bisa menghilangkan marah maka akan memudahkan baginya untuk bersikap adil, dan apabila ia bisa menolak syahwat maka akan mudah baginya untuk sabar, ibadah, dan menjaga dirinya (dari kemaksiatan).” (al-Fawa-id: 158)

6. Dalam hasad terdapat sikap penentangan terhadap Allah.
Al-Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Hasad adalah salah satu bentuk penentangan terhadap Allah, sebab orang yang hasad membenci nikmat Allah pada seorang hamba padahal Allah telah mencintainya sedangkan ia mengharapkan hilangnya (nikmat tersebut). Dan Allah membenci hal itu, maka dengan demikian ia telah menentang Allah dalam ketentuan-ketentuan-Nya, kecintaan-Nya, dan kebencian-Nya.” (al-Fawa-id)

7. Apabila hasad telah tertanam di dalam hati seseorang maka akan senantiasa bergejolak dan membara sehingga ia akan diliputi angkara murka dan kesedihan.
Sebab nikmat Allah amatlah banyak tiada terhingga, maka setiap ia melihat kenikmatan itu ada pada orang lain, hasad akan bergejolak dalam hatinya sehingga membakarnya.

8. Hasad akan menyebabkan permusuhan di antara manusia.
Sehingga menyeret kepada tindak kejahatan seperti pembunuhan, sebagaimana Allah telah mengisahkan terbunuhnya salah seorang anak Nabi Adam oleh saudaranya.

9. Hasad adalah dosa yang pertama kali dilakukan oleh Iblis kepada Allah.
Al-Imam Malik bin Anas berkata: “Maksiat yang pertama kali dilakukan adalah hasad, kibr (sombong), dan syuh (bakhil).”

10. Hasad adalah mengikuti jejak dan jalan setan.
Hasad adalah perkara tercela dan terlarang. Ia telah mendorong Iblis berbuat dosa, ketika Iblis hasad kepada Adam karena Allah telah menciptakannya dengan kedua tangan-Nya, dan memerintah malaikat untuk sujud kepadanya, mengajarkan kepadanya nama-nama, dan menempatkannya di sisi-Nya, maka setan terus-menerus berusaha untuk mengeluarkannya dari surga sehingga Adam dikeluarkan darinya. (Lihat Jami’ul Ulum wal-Hikam)

11. Hasad menyebabkan setan terlaknat dan terjerumus pada kesesatan.

12. Akhir dari hasad hanyalah kesedihan.
Orang yang memiliki sifat hasad akan senantiasa dirundung kesedihan; mengapa? Sebab setiap melihat nikmat Allah ada pada orang lain maka hasad tersebut akan timbul dan bergejolak dan berkata-kata dalam hatinya: “Aku ingin memilikinya, aku ingin nikmat itu ada padaku.” Apabila ia tidak mendapatkannya maka ia bersedih dan terus bersedih, sebab nikmat Allah amatlah banyak dan tidak pernah ada yang bisa menolaknya.

13. Orang yang hasad meremehkan nikmat Allah kepadanya.

14. Hasad merupakan tanda buruknya hati dan jiwa seseorang.

Sebab orang yang hasad berhati buruk kepada saudaranya, ia tidak merasa senang dengan adanya nikmat Allah yang di sisi orang lain, padahal seharusnya ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Seharusnya ia merasa senang jika Allah menganugerahkan nikmat-Nya kepada saudaranya.

15. Hasad hanya timbul dari jiwa yang buruk dan sempit.
Sebab ia sebenarnya tidak mencintai kebaikan, tetapi hanyalah angan-angan belaka bahwasanya segala sesuatu diharapkan berada di sisinya.

16. Hasad akan menghalangi seseorang untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat.
Sebab seseorang yang memiliki sifat hasad selalu sibuk berpikir “bagaimana si fulan bisa mendapat kedudukan, harta yang banyak, istri yang cantik, ilmu yang banyak, dan seterusnya” sehingga ia terlalaikan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri.

17. Hasad menyibukkan hati dari ingat kepada Allah.

18. Hasad menghalangi seseorang untuk menerima kebenaran.

Hasad telah menghalangi orang-orang Yahudi untuk menerima risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad, karena nabi yang mereka tunggu-tunggu ternyata bukan dari kelompoknya. Mereka menginginkan bahwa nabi itu diutus dari kaumnya. Oleh karena itu, ketika Allah mengutus nabi yang bukan dari kaumnya, mereka hasad/dengki sehingga menolak kebenaran dari orang yang mereka didengkinya.

19. Hasad adalah salah satu bencana dalam ilmu bahkan yang akan melenyapkan barokahnya ilmu.
Ilmu adalah cahaya. Maka tidak bisa akan didapatkan kecuali oleh orang-orang yang hatinya bersih, dan tidak akan diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang hatinya buruk.

20. Pengaruh hasad dalam mencari ilmu.
Di antara bentuk hasad dalam mencari ilmu adalah seseorang hasad kepada temannya, maka hasad ini akan menghalanginya untuk bertanya kepada temannya dan tidak mau mudzakaroh (menghafal) bersamanya, sehingga ia akan terhalang untuk meraih ilmu, sebab hidupnya ilmu adalah dengan bertanya dan menghafal. Atau ia hasad kepada gurunya dengan apa yang dimilikinya, sehingga ia menganggap tidak ada perbedaan dengan gurunya, maka ia terhalangi untuk belajar dan mengambil faedah darinya. Atau hasad kepada teman-temannya, ia enggan jika ada yang menyaingi atau melebihinya, sehingga ia terhalangi untuk menginfaqkan ilmunya, atau ia hasad akan pemahaman dan semangat yang ada pada temannya, maka ia ingin menyainginya, ia sibuk berpikir “mengapa si fulan bisa seperti itu” sehingga ia dirinya sendiri terlalaikan dari ilmu.



Diambil dari artikel http://www.facebook.com/InspirasiIslami1



Semoga bermanfaat,silakan share semoga bermanfaat
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.

Jumat, 26 April 2013

JANGANLAH BERPUTUS ASA



Bacalah buat yang lagi sedih

Tidak jarang dari kita selalu dikelilingi dengan ujian dan cobaan dalam hidup dan yang namanya ujian hidup terkadang membuat seseorang terasa akan bersedih dan putus asa.

STOP !!!

Putus asa dalam Islam adalah dosa, coba buka wawasan dan simak kata kata berikut ini dan jadikanlah untuk penguat dan penerang hati disaat sedang bersedih, dirangkum dari isi Al-Qur'an.

Manusia bertanya, kenapa aku diberi ujian seberat ini?
Al-Qur'an menjawab, "Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 286)

Manusia bertanya, bolehkah aku frustasi?
Al-Qur'an menjawab, "Janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula kamu bersedih hati padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu termasuk orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imran: 139)

Manusia bertanya, bolehkan aku berputus asa?
Al Qur'an menjawab, "Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf: 87)

Manusia bertanya, bagaimana cara menghadapi ujian hidup?
Al-Qur'an menjawab, "Hai orang orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersifat siaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (QS. Ali Imran: 200)
"Jadilah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu." (QS. Al-Baqarah: 45)

Manusia bertanya, bagaimana menguatkan hatiku?
Al-Qur'an menjawab, "Cukuplah Allah bagiku, tiada Tuhan selain Dia, hanya kepadaNya aku bertawakal." (QS. At-Taubah: 129)

Manusia bertanya, apa yang ku dapat dari semua ujian itu?
Al-Qur'an menjawab, "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan surganya." (QS. At-Taubah: 111)

Manusia bertanya, kenapa aku diuji?
Al-Qur'an menjawab, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan kami telah beriman,sedang mereka tidak diuji lagi." (QS. Al-Ankabut: 2)
"Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. Al-Ankabut: 3)

Manusia bertanya, kenapa aku tidak diuji dalam hal baik baik?
Al-Qur'an menjawab, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal amat buruk bagimu" (Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui). (QS. Baqarah: 216)





Dan masih banyak lagi kandungan (surat-surat atau ayat-ayat Allah) yang menerangi hati kita yang lagi bersedih.

Semoga bermanfaat,silakan share semoga bermanfaat 
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.

Rabu, 24 April 2013

SIKAP LEMAH LEMBUT




Sepertinya tidak ada orang yang tidak menyukai kelembutan. Orang yang memiliki sikap lemah lembut akan disukai banyak orang. Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk memiliki sikap ini, tidak hanya dalam pergaulan sehari-hari, namun juga ketika berdakwah.
Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita menemukan bermacam jenis orang yang memiliki watak berbeda-beda dan tabiat yang beraneka ragam. Ada di antara mereka yang bertabiat kasar, ada yang bertabiat tidak mau tahu, dan ada juga yang bertabiat lemah lembut. Semua ini adalah pemberian Dzat Yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana yang patut kita mengkaji hikmah di dalamnya.

Dengan beragamnya tabiat dan watak itu, kita dituntut oleh agama untuk menjadi yang terbaik dan yang terpuji, menjadi orang yang lemah lembut dalam segala hal. Lemah lembut dalam sikap, tabiat, watak, dalam ucapan, tingkah laku, dan sebagainya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ نُزِعَ عَنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Sesungguhnya tidaklah kelemahlembutan itu ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya dan tidaklah tercabut dari sesuatu melainkan akan merusaknya.” (Shahih, HR. Muslim dari Aisyah RA)

Ciri Khas Pengikut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Lemah lembut adalah sifat yang terpuji di hadapan Allah dan Rasul-Nya, bahkan di hadapan seluruh manusia. Fitrah manusia mencintai kelembutan sebagai wujud kasih sayang. Oleh karena itu, Allah mengingatkan Rasul-Nya :

“Maka dengan rahmat Allah-lah engkau menjadi lembut terhadap mereka dan jika engkau keras hati niscaya mereka akan lari dari sisimu.” (QS Ali ‘Imran: 159)

Dengan rahmat Allah yang diberikan kepadamu dan kepada para sahabatmu, engkau dapat bersikap lemah lembut terhadap mereka, merendah hati di hadapan mereka, menyayangi mereka, serta kebagusan akhlakmu terhadap mereka. Sehingga mereka mau berkumpul di sisimu, mencintaimu, dan melaksanakan segala apa yang kamu perintahkan. Jika kamu memiliki akhlak yang jelek dan keras niscaya mereka akan menjauhimu, karena yang demikian itu akan menyebabkan mereka lari dan menjadikan mereka murka terhadap orang yang memiliki akhlak yang jelek tersebut.

Jika akhlak yang baik menyertai seorang pemimpin di dunia maka akan menarik/memikat orang-orang menuju agama Allah dan akan menjadikan mereka mencintai agama. Bersamaan dengan itu, pemilik akhlak tersebut akan mendapatkan pujian dan pahala yang khusus.

Jika akhlak yang jelek melekat pada seorang pemuka agama, akan menyebabkan orang lain lari dari agama dan akan membenci agama. Bersamaan dengan itu, dia akan mendapatkan cercaan dan ganjaran dosa yang khusus.

Kalau demikian Allah mengingatkan Rasul-Nya yang ma’shum (terbebas dari dosa-dosa), maka bagaimana lagi dengan selain beliau (dari kalangan manusia)? Bukankah termasuk kewajiban yang paling wajib untuk mengikuti akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bergaul bersama manusia sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama mereka dengan kelemahlembutan, akhlak yang baik, kasih sayang, dalam rangka melaksanakan perintah-perintah Allah dan menarik manusia ke dalam agama Allah?”

Di dalam kitab Bahjatun Nazhirin (1/683) disebutkan, “(Betapa) tingginya kedudukan lemah lembut dibanding akhlak-akhlak terpuji lainnya. Dan orang yang memiliki sifat ini pantas baginya untuk mendapatkan pujian dan pahala yang besar dari Allah. Bila sifat lemah lembut ini ada pada seseorang dan menghiasi dirinya maka akan menjadi (indah) dalam pandangan manusia dan lebih dari itu dalam pandangan Allah. Sebaliknya jika memiliki sifat yang kasar, angkuh, dan keras hati niscaya akan menjadikan dirinya jelek dan tercela di hadapan manusia.”


Beberapa Keutamaan Sifat Lemah Lembut

1. Sebagai salah satu pemberian Allah yang sangat berharga di dunia dan di akhirat, berdasarkan firman Allah:
“Maka dengan rahmat Allah-lah kamu bisa bersikap lemah lembut kepada mereka.” (QS Ali ‘Imran: 159)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَم
َا لاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
“Sesungguhnya Allah Mahalembut serta mencintai kelembutan, dan Allah memberikan kepada sifat lembut yang tidak diberikan pada sifat kasar dan sifat lainnya.” (Sahih, HR. Muslim no. 2593)

2. Mendapatkan pujian dan kecintaan dari Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman:
“(Orang-orang yang bertakwa adalah) orang-orang yang menahan marahnya dan memaafkan kesalahan (orang lain). Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali ‘Imran: 134)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada al-Asyaj Abdul Qais r.a, “Sesungguhnya pada dirimu ada dua sifat yang dicintai oleh Allah: lemah lembut dan tidak tergesa-gesa.” (Sahih, HR. Muslim no. 17 dan no. 25)

3. Kelemahlembutan akan menghiasi pemiliknya, sebagaimana dalam riwayat al-Imam Muslim t dari ‘Aisyah r.ha “Sesungguhnya tidaklah kelemahlembutan itu ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya dan tidaklah tercabut dari sesuatu melainkan akan merusaknya.” (Sahih, HR. Muslim dari Aisyah RA)


Diambil dari artikel http://www.facebook.com/InspirasiIslami1

Semoga bermanfaat,silakan share semoga bermanfaat
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.

Senin, 22 April 2013

CARA MEMBUAT HATI DAN FIKIRAN TENANG

 

1. Pandai Bersyukur
Kita harus sering melihat kondisi orang yang berada di bawah kita dan membatasi melihat orang-orang yang berada di atas kita. Kita akan merasa cukup walaupun hidup sederhana apa adanya. Apa yang kita dapat akan lebih bermakna dibandingkan orang yang memiliki segunung harta tetapi selalu merasa kurang.

2. Jangan terlalu Mengejar Cita-Cita Keduniawian
Menghabiskan sebagian besar waktu demi mencari materi akan membuat kita menyesal di kemudian hari. Gunakan sebagian waktu yang ada untuk beramal, beribadah, sedekah, membangun keluarga yang bahagia, memberi kontribusi bagi lingkungan sosial masyarakat, dan lain sebagainya.

3. Bantu Orang Lain & Selalu Berbuat Kebaikan Serta Amal Shaleh
Bangun suasana yang akrab dan kekeluargaan dengan saudara, tetangga dan orang-orang di lingkungan kita karena manusia adalah makhluk sosial. Lingkungan sosial yang baik akan membantu kita hidup saling tolong-menolong satu sama lain, bergotong-royong, musyawarah untuk mufakat, saling menjaga, dan lain sebagainya.

4. Manajemen Emosi
Jaga emosi dan nafsu kita karena mereka dapat menghancurkan kita dan meninggalkan kita dalam penderitaan. Latih nafsu dan emosi dengan puasa. Jangan mudah terpancing emosi. Jadilah orang yang baik dan hindari menjadi orang jahat/penjahat. Biarkan saja orang lain bilang apa/melakukan apa, karena dunia penuh dengan ujian dan persoalan.

5. Hidup Sederhana
Dengan hidup sederhana kita akan selalu merasa berkecukupan dan hidup tenang lahir batin. Hidup mewah dan gelamor butuh biaya yang tidak sedikit dan harus terus menjaga image dengan banyak daya upaya. Dengan hidup sederhana dan rendah diri kita tidak akan mudah stres. Fokuslah ke kekayaan non materi dan fisik (kecantikan/ketampanan) karena orang akan lebih menghargai kita jika kita punya banyak kemampuan yang tidak dimiliki orang lain tetapi kita tidak sombong.

Semoga dapat membantu kita semua hidup tenang dunia dan akhirat

Diambil dari artikel http://www.facebook.com/InspirasiIslami1

Semoga bermanfaat,silakan share semoga bermanfaat
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.

Jumat, 19 April 2013

CARA SEDERHANA UNTUK BAHAGIA



Betapa dekat kebahagiaan bagi mereka yang menetapi do'a ini:

اَللَّهُمَّ قَنِّعْــنِيْ بِـمَا رَزَقْــــتَــنِيْ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَاخْلُفْ عَلَى كُـلِّ غَائِـبَةٍ لِيْ بِـخَيْر

“Ya Allah, jadikanlah aku merasa qana’ah (merasa cukup, puas, rela) terhadap apa yang telah engkau rezeqikan kepadaku, dan berikanlah barakah kepadaku di dalamnya, dan jadikanlah bagiku semua yang hilang dariku dengan yang lebih baik.”

Mengingat sejenak sabda
Rasulullah,

قَدْ أفْلَحَ مَنْ أسْلَمَ وَرُزِقُ كَفَا فًا، وَ قَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ

"Beruntunglah orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rezeqi yang sekedar mencukupi dan diberi kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberikan kepadanya." HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baghawi.

Betapa sederhananya kebahagiaan. Ingatlah sejenak bagaimana Rasulullah bergurat pipinya karena alas tidur kasar. Hari ini betapa banyak yang memiliki tempat tidur mewah, tapi hampir-hampir tak pernah ia rasai tidur yang nikmat. Betapa berbeda.

Tengoklah
Rasulullah. Betapa sederhana makannya. Tak menuntut syarat yang berat, justru jadikan makan lebih nikmat. Sungguh, ketika engkau tak meninggikan syarat terhadap apa yang engkau reguk dari dunia ini, semakin mudah engkau rasai kebahagiaan. Dan apakah yang lebih berharga daripada ganti yang lebih baik; ganti yang lebih membawa kebaikan atas apa-apa yang terlepas dari kita?

Maka do'a riwayat Al-Hakim (beliau menshahihkannya) yang dicontohkan oleh
Rasulullah ini merupakan kunci agar kita mampu bersikap secara tepat terhadap dunia: (1) qana'ah terhadap rezeqi dari-Nya, (2) barakah atas rezeqi yang kita terima dan (3) ganti yang lebih baik (bukan lebih banyak) atas apa-apa yang terlepas dari kita. Sungguh, rezeki yang tak barakah, amat jauh dari kebaikan.

Jika tiga hal ini ada pada kita, maka semoga lisan kita mampu memanjatkan do'a yang menyempurnakan pembersihan jiwa kita. Semoga.

Do'a itu (semoga kita dapat menghayati sepenuh kesungguhan.) adalah:

اَللَّهُمَّ إنِّي أعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَ الْحَزَنِ،وَ الْعَجْزِ وَ الْكَسَلِ،وَالْبُخْلِ وَ الْجُبْنِ،وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَ غَلبَةِالرِّجَالِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari (bahaya) rasa gundah gulana dan kesedihan, (rasa) lemah dan malas, (rasa) bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penguasaan orang lain.”

Inilah do'a yang memohon pertolongan Allah Ta'ala agar kita mampu mengalahkan hasrat untuk mengistirahatkan badan di saat ada kebaikan yang seharusnya kita kerjakan; memohon kekuatan untuk TIDAK berpelit dalam mengulurkan rezeki kepada orang lain; serta kelapangan hati untuk memberi kan jasa kita yang membawa kebaikan.

Maka, jika engkau berkeinginan untuk berkelimpahan rezeki agar waktu istirahatmu lebih banyak dan engkau dapat bersantai-santai kapan pun engkau mau, sesungguhnya engkau telah mengingkari do'a yang dituntunkan oleh
Rasulullah ini. Dan jika engkau pergi ke sana kemari untuk menyeru manusia agar bersegera perkaya diri sehingga dapat bermalas-malasan, sadarilah bahwa mereka sedang mengajak manusia untuk menjauh dari sunnah dan menghindar dari kebaikan. Padahal bersama sunnah ada barakah.

emoga kita terhindar dari ghurur (terkelabui) disebabkan angan-angan kita sendiri. Marilah kita memanjatkan do'a kepada Allah Ta'ala:

اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

“Ya Allah, tunjukilah kami bahwa yang benar itu benar dan berilah kami rezeki kemampuan untuk mengikutinya. Dan tunjukilah kami bahwa yang batil itu batil, serta limpahilah kami rezeki untuk mampu menjauhinya.”

Semoga kita tak terpedaya oleh persepsi kita sendiri. Sungguh, kebenaran itu bukan bergantung pada persepsi kita. Baik dan buruk juga bukan bergantung kepada persepsi kita. Bukan bergantung pada cara pandang kita. Hari ini, ketika banyak manusia menyerukan bahwa yang paling penting adalah persepsi kita tentang sesuatu, marilah kita ingat kembali do'a ini. Di masa yang semakin jauh dari kehidupan
Rasulullah ini, semoga Allah Ta'ala limpahi kita hidayah agar tidak mudah takjub pada kebanyakan perkataan manusia yang terlepas dari Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.

Lisan kita berdo'a. Hati kita berharap. Tapi, apakah kita pun merenungkan maknanya?


Diambil dari artikel http://www.facebook.com/InspirasiIslami1

Semoga bermanfaat,silakan share semoga bermanfaat
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.

Kamis, 18 April 2013

PAHALA MELIMPAH BAGI PARA MUSLIMAH



Dengan berdiam di rumah, bukan berarti wanita tidak bisa melaksanakan aktifitas ibadah. Banyak ibadah yang bisa dilakukan di rumah seperti shalat, puasa, membaca Al Qur’an, berdizkir, dan ibadah-ibadah lainnya. Bahkan Sebaik-baik shalat bagi wanita adalah di rumahnya. Dari Ummu Salamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

خَيْرُ مَسَاجِدِ النِّس
َاءِ قَعْرُ بُيُوتِهِنَّ

“Sebaik-baik masjid bagi para wanita adalah diam di rumah-rumah mereka.” (HR. Ahmad 6/297. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan berbagai penguatnya).

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صَلاَةُ الْمَرْأَةِ فِى بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى حُجْرَتِهَا وَصَلاَتُهَا فِى مَخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى بَيْتِهَا

“Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalatnya di pintu-pintu rumahnya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada di bagian lain di rumahnya” (HR. Abu Dawud 570. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Shalat wanita di rumah adalah pengamalan dari perintah Allah agar wanita diam di rumah. Namun demikian, jika wanita ingin melaksanakan shalat berjamaah di masjid selama memperhatikan aturan seperti menutupi aurat dan tidak memakai harum-haruman, maka janganlah dilarang. Dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin ‘Umar berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا

“Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian untuk ke masjid. Jika mereka meminta izin pada kalian maka izinkanlah dia” (HR. Muslim 442).

Bahkan dengan tetap tinggal di rumahnya, wanita bisa mendapatkan pahala yang banyak Aktifitas hariannya di dalam rumah bisa bernilai pahala. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia mengatakan :

جئن النساء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقلن: يا رسول الله، ذهب الرجال بالفضل والجهاد في سبيل الله تعالى، فما لنا عمل ندرك به عمل المجاهدين في سبيل الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من قعد -أو كلمة نحوها -منكن في بيتها فإنها تدرك عمل المجاهدين في سبيل الله”.

“Seorang wanita datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata : “Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan Allah. Apakah bagi kami kaum wanita bisa mendapatkan amalan orang yang jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda : “ Brangsiapa di antara kalian yang tinggal di rumahnya maka dia mendapatkan pahala mujahid di jalan Allah.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim surat Al Ahzab 33)

Dari artikel 'Pahala Melimpah Bagi Muslimah yang Tinggal di Rumah — Muslim.Or.Id'


Semoga bermanfaat,silakan share semoga bermanfaat 
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.

Selasa, 16 April 2013

7 AMALAN YANG PAHALANYA TERUS MENGALIR



AMAL JARIYAH adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah wafat. Amalan tersebut terus memproduksi pahala yang terus mengalir kepadanya.

Dari Abu Hurairah menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

"Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya, kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)

Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam amal jariyah.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda; "Sesungguhnya di antara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebarluaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya." (HR. Ibnu Majah)

Di dalam hadits ini disebut tujuh macam amal yang tergolong amal jariyah sebagai berikut.

1. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, seperti diskusi, ceramah, dakwah, dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah menulis buku yang berguna dan mempublikasikannya.

2. Mendidik anak menjadi anak yang soleh. 

Anak yang soleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia. Menurut keterangan hadits ini, kebaikan yang diperbuat oleh anak soleh pahalanya sampai kepada orang tua yang mendidiknya yang telah wafat tanpa mengurangi nilai/pahala yang diterima oleh anak tadi.

3. Mewariskan mushaf (buku agama) 

kepada orang-orang yang dapat memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya.

4. Membangun masjid. 

Hal ini sejalan dengan sabda Nabi SAW, "Barangsiapa yang membangun sebuah masjid karena Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Orang yang membangun masjid tersebut akan menerima pahala seperti pahala orang yang beribadah di masjid itu.

5. Membangun rumah atau pondokan bagi orang-orang yang bepergian untuk kebaikan. 

Setiap orang yang memanfaatkannya, baik untuk istirahat sebentar maupun untuk bermalam dan kegunaan lain yang bukan untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada orang yang membangunnya.

6. Mengalirkan air secara baik dan bersih ke tempat-tempat orang yang membutuhkannya atau menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang banyak. 

Setelah orang yang mengalirkan air itu wafat dan air itu tetap mengalir serta terpelihara dari kecemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia mendapat pahala yang terus mengalir.

Semakin banyak orang yang memanfaatkannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membangun sebuah sumur lalu diminum oleh makhluk atau burung yang kehausan, maka Allah akan memberinya pahala kelak di hari kiamat." (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah)

7. Menyedekahkan sebagian harta. 

Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda.

Semoga bermanfaat,silakan share semoga bermanfaat 
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.

Senin, 15 April 2013

YUK BELAJAR MENJADI PRIBADI YANG PEMAAF



ABU Bakar as-Shiddiq Radhiallahu ‘anhu dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang sering memberikan sedekah kepada fakir miskin, terutama yang masih ada hubungan kekerabatan dengannya. Satu di antara orang yang biasa dia santuni adalah Misthah bin Utsatsah, anak bibinya yang tergolong miskin.

Sayangnya Misthah kurang berhati-hati menjaga lidahnya. Pada saat beredar fitnah bahwa ‘Aisyah binti Abu Bakr Radhiallahu ‘anhuma telah berselingkuh, Misthah ikut serta menyebarkan fitnah tersebut. Sehingga ketika turun ayat yang menjelaskan bahwa tuduhan itu merupakan berita bohong, Abu Bakar marah kepada Misthah serta bersumpah tidak akan berbuat baik dan memberi bantuan nafkah lagi kepadanya.

Namun rupanya Allah tidak menyukai sikap Abu Bakr tersebut. Dia kemudian memberikan teguran kepada Abu Bakr dan siapa saja yang bersumpah bahwa dia tidak akan berbuat baik kepada orang lain. Teguran itu disampaikan melalui firman-Nya yang disampaikan kepada Rasulullah:

وَلَا يَأْتَلِ أُوْلُوا الْفَضْلِ مِنكُمْ وَالسَّعَةِ أَن يُؤْتُوا أُوْلِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: an-Nuur [24]: 22).

Melalui ayat tersebut di atas Allah juga memerintahkan kepada hamba-Nya agar memberikan maaf dan kelonggaran serta tetap memberikan nafkah kepada orang yang biasa dia bantu untuk melanggengkan kebaikan dan silaturahim.

Setelah Abu Bakr mendengar ayat tersebut beliau berkata, “Benar, demi Allah aku senang bila Allah mengampuni dosa-dosaku dan aku akan memberi nafkah kepada Misthah lagi.” Beliau melanjutkan, “Demi Allah, aku tidak akan membiarkannya terlantar sama sekali.” (lihat Al-Qurthubi, Al-Jami’ Al-Ahkam, XII,207 dan Mukhtashar Ibnu Katsir, II, 593).

Tanda Kemuliaan Diri

Apa yang terbersit di hati kita ketika ada orang yang menzalimi diri kita? Secara naluri kita akan marah dan akan berusaha untuk membalas kezaliman itu. Bahkan ada yang suka membalas kezaliman itu dengan berlebihan.

Tentu sikap ini apabila tidak segera dipangkas akan membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia itu sendiri, baik bagi kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat. Bagi kehidupan pribadi, seseorang yang memiliki sikap ini akan gelisah hatinya dan terkuras energinya karena memikirkan bagaimana ambisi untuk balas dendam itu terpuaskan. Adapun bagi kehidupan bermasyarakat, sikap ini akan menyebabkan terjadinya konflik yang berkepanjangan hingga memakan korban baik harta maupun jiwa.

Agar kehidupan ini tenang dan tentram, maka sikap yang hanya ingin memperturutkan nafsu dendam harus diganti dengan sikap mulia yang diajarkan Islam yaitu sikap memaafkan. Jika masing-masing pihak atau salah satunya memiliki sikap ini, maka konflik yang terjadi akan reda hingga berakhir tanpa ada benih-benih dendam lagi.

Untuk menjadi pribadi yang pemaaf memang tidak mudah. Apalagi jika luka di hati telah terlanjur menganga. Dalam kondisi seperti ini kadang yang muncul justru perasaan dendam dan berharap kejelekan terhadap orang yang telah melukai fisik dan hati. Sehingga jangankan mendoakan kebaikan, memaafkan kesalahannya saja masih sangat berat.

Keengganan untuk memberi maaf akan menguat manakala kesempatan untuk menuntut balas terhampar luas di hadapan. Ditambah lagi jika status sosial orang yang berbuat salah itu berada jauh di bawah kita. Jika hati tidak ada benteng iman, bisa-bisa ambisi nafsu untuk balas dendam akan menjelma menjadi tindakan nyata.

Untuk bisa memaafkan orang yang telah berbuat zalim kepada kita butuh kebesaran jiwa dan kelapangan hati. Jika seseorang mampu memberi maaf meski dia berada pada pihak yang benar dan memiliki status sosial yang lebih tinggi dari pada orang yang telah berbuat jahat kepadanya, maka itulah tanda kemuliaan dan ketakwaan dirinya. Satu di antara tanda orang bertakwa adalah tidak berat untuk memaafkan kesalahan orang lain.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“…dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS: Ali-Imran [3]: 134).

Memang dalam syariat Islam diperbolehkan untuk menuntut balas terhadap kejahatan yang ditimpakan kepada kita dengan balasan yang serupa. Namun memaafkan merupakan sikap yang jauh lebih baik dan lebih mulia daripada membalas kejahatannya meski dengan balasan yang serupa.

وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ


“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim.” (QS: asy-Syura [42]:40)

وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

"Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (QS: asy-Syura [42]: 43).

Sikap mulia inilah yang dicontohkan oleh Abu Bakar As-Shiddiq. Atas petunjuk dari Allah, dia lebih memilih memaafkan anak bibinya dengan tulus daripada membalas kejahatannya meski dia berada pada pihak yang benar dan juga mampu untuk melakukan pembalasan karena status sosial jauh lebih tinggi daripada anak bibinya itu. Akhlaq mulia yang dimiliki Abu Bakr ini patut kita teladani dan kita tumbuhsuburkan dalam pribadi kita.

Memaafkan Manusia, Dimaafkan Allah

Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala Sang Pencipta alam semesta ini memiliki sifat-sifat mulia yang patut kita teladani. Dan pemaaf merupakan salah satu sifat mulia yang dimiliki Allah Subhanahu Wata’ala.

Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (an-Nisa [4]:149).

Allah Subhanahu Wata’ala yang memiliki segala kesempurnaan saja bersifat pemaaf. Sehingga tak pantaslah jika manusia yang banyak khilaf dan lupa tak mau menjadi orang pemaaf.
Rasulullah bersabda; “Sedekah tidak mengurangi harta (orang yang bersedekah). Allah tidak menambah kepada seorang hamba karena maaf melainkan kemuliaan dan seorang tidak bertawadhu kepada Allah, melainkan Allah meninggikannya.”

Pada hadits yang lain Nabi menjelaskan bahwa mereka yang suka menyambung persaudaraan yang sebelumnya terputus, memberi kepada orang yang tak suka memberi, serta berjiwa pemaaf merupakan akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama.

Dari Uqbah bin Amir, dia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Wahai Uqbah, bagaimana jika aku beritahuhkan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi kepada orang yang tidak memberimu, dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Baghawi).

Semoga Allah mengaruniai kita sifat pemaaf, suka memberi dan suka menyambung persaudaraan. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Semoga bermanfaat,silakan share semoga bermanfaat 
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.